Minggu, 18 Maret 2012

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENGUKUR TEBAL LIPATAN KULIT (TLK) (Skinfold)



Praktikum Minggu Ke       : XI (Sebelas)
Mata Kuliah                      : IDK I (Satu)
Program Studi                   : S1 Ilmu Keperawatan


1.   Pengertian:
Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salahsatu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta persentase lemak tubuh dan untuk menentukan status gizi cara antropometrik


2.   Tujuan:
*      Dapat mengetahui nilai standart TLK tricep
*      Dapat mengetahui status gizi klien
*      Dapat menentukan derajat obesitas dengan menggunakan rumus densitas tubuh

3.   Indikasi/Dilakukan pada :
*           Pada penderita dewasa yang kekurangan gizi
*           Pada penderita dewasa yang kelebihan gizi
*           Pada penderita dewasa yang tidak bisa dapat diukur BB maupun TB misalnya pada keadaan koma

4. Persiapan
a. Persiapan Alat :
*      Pita ukur flexibel (Anthropometry tape)
*      Skinfold calipers
*      Pensil (landmark pencil)

  1. Persiapan Pasien :
*      Sapalah klien dengan ramah dan perkenalkan diri pada klien
*      Persilahkan klien untuk duduk
*      Beri informasi umum tentang pengukuran yang akan dilakukan
*      Informasikan tentang cara melakukan, tujuan, manfaat pengukuran tebal lipatan kulit untuk klien
*      Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang diperoleh
*      Jaga privacy klien

c.   Persiapan Perawat :
*      Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
*      Persiapkan peralatan yang akan digunakan.


5.   Pengkajian :
a.    Cek perencanaan keperawatan

6.   Prosedur
1.         Mencuci Tangan
2.        Menerangkan prosedur dan tujuan pengukuran pada klien.
3.        Menentukan sembilan tempat pengukuran TLK, yaitu: pada dada (chest), subscapula, mix-axilaris, suprailiaka, perut (abdominal), triseps, biseps, thigh (paha), medial calf (betis)
4.        Melakukan pengukuran TLK pada masing-masing lokasi
a.    Pengukuran pada dada (chest):
-       Ambil lipatan kulit dari arah diagonal antara axilla dan puting susu setinggi mungkin, sejajar dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
b.    Pengukuran pada subscapula:
-       Ambil lipatan kulit dari arah diagonal sepanjang garis cleavage tepat di bawah scapula dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
c.     Pengukuran pada mid-axilla:
-       Ambillah lipatan kulit dari arah horizontal pada garis midaxillaris, tepat pada pertemuan xiphisternal
d.    Pengukuran pada suprailiaka:
-       Ambillah lipatan kulit dari arah miring ke arah belakang garis mid-axillaris dan ke atas iliaka, dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
e.     Pengukuran pada abdominal :
-       Lipatan kulit diambil dengan arah horizontal 3 cm di samping tali pusat dan 1 cm ke pusat umbilicus
f.     Pengukuran pada triseps:
-       Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada jarak antara penonjolan lateral dari prosessus acronial dan batas inferior dari prosessus olecranon dan diukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut 90° menggunakan pita pengukur. Titik tengah ditandai pada sisi samping lengan. Pengukuran diambil 1 cm diatas tanda tersebut.
g.    Pengukuran pada biseps:
-       Lipatan kulit diambil dengan arah vertical diatas biseps brachii yang sejajar dengan triseps di bagian belakang. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari.
h.    Pengukuran pada paha:
-       Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada tengah paha antara lipatan inguinal dan batas dari patella. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari
i.      Pengukuran pada betis :
-       Lipatan kulit diambil dengan arah vertikal pada lingkaran betis yang paling lebar pada bagian tengah dari betis dengan lutut bersudut 90°.
5.        Mencuci tangan setelah pengukuran
6.        Klien dirapikan, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
7.        Mendokumentasikan prosedur
8.        Menentukan nilai TLK klien dengan membandingkan hasil pengukuran dengan nilai standar yang ada pada acuan
9.        Menentukan status gizi klien

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan
  1. Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan dilakukan segera setelah subyek melakukan latihan fisik atau perlombaan, mandi sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi yang menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN NGT


Praktikum minggu ke             : X
Mata kuliah                            :            IDK 1 (satu)
Program Studi                        : S1 Ilmu Keperawatan

DEFENISI
Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung (gaster)
TUJUAN
a.      Memasukkan makanan cair/obat-obatan, cair/padat yang dicairkan
b.      Mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
c.       Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung
d.      Mencegah/mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma
e.      Mengambil spesimen dalam lambung untuk studi laboratorium
DILAKUKAN PADA
1.      Pasien tidak sadar (koma)
2.      Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor mulut/faring/esofagus
3.      Pasien yang tidak mampu menelan
4.      Pasien pasca operasi pada mulut/faring/esofagus
PERSIAPAN ALAT
1.      Selang NGT no.14/16 (untuk anak-anak lebih kecil ukurannya)
2.      Jelly
3.      Spatel lidah
4.      Handscoen steril
5.      Senter
6.      Spuit/alat suntik ukuran 50cc
7.      Plester
8.      Stetoskop
9.      Handuk
10.  Tissue
11.  bengkok
PROSEDUR
1.      Mendekatkan alat ke samping klien
2.      Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3.      Membantu klien pada posisi fowler/semi fowler
4.      Mencuci tangan
5.      Periksa kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernapas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan kassa/lidi kapas. Periksa adakah infeksi
6.      Memasang handuk diatas dada klien
7.      Buka kemasan steril NGT dan taruh dalam bak instrumen steril
8.      Memakai sarung tangan
9.      Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara menempatkan ujung selang dari hidung klien ke ujung telinga atas lalu dilanjutkan sampai processus xipodeus
10.  Beri tanda pada selang yang telah diukur dengan plester
11.  Beri jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm dari ujung selang tersebut
12.  Meminta klien untuk rileks dan bernapas normal. Masukkan selang perlahan sepanjang 5-10cm. Meminta klien untuk menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan.
13.  Masukkan selang sampai batas yang ditandai
14.  Jangan memasukkan selang secara paksa bila ada tahanan
a.      jika klien batuk, bersin, hentikan dahulu lalu ulangi lagi. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam
b.      jika tetap ada tahanan, menarik selang perlahan-lahan dan masukkan ke hidung yang lain kemudian masukkan kembali secara perlahan
c.       jika klien terlihat akan muntah, menarik tube dan menginspeksi tenggorokan lalu melanjutkan memasukkan selang secara bertahap.
15.  Mengecek kepatenan
a.      Masukkan ujung pipa sampai dengan terendam dalam mangkok berisi air, klem dibuka jika ternyata sonde masuk dalam lambung maka ditandai dengan tidak adanyagelembung udara yang keluar
b.      Masukkan udara denga spuit 2-3 cc ke dalam lambung sambil mendengarkan dengan stetoskop. Bila terdengar bunyi kemudian udara dikeluarkan kembali dengan menarik spuit
16.  Pasang spuit/corong pada pangkal pipa apabila sudah yakin pipa masuk lambung
17.  Memfiksasi selang pada hidung dengan plester
18.  Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
19.  Merapikan dan membereskan alat
20.  Melepas sarung tangan
21.  Mencuci tangan
22.  Mengevaluasi respon klien
23.  Pendokumentasian tindakan dan hasil.